Bagi lelaki sepertiku, mencari jodoh itu adalah satu perjalanan yang mesti diusahakan, tidak dengan diam menunggu untuk kemudian berakhir dijodohkan, tidak salah memang, tapi entahlah, bagiku itu seperti kurang lelaki, kurang menenangkan hati, bukankah gelagat lebah adalah menemukan bunga? ia tertarik, melakukan observasi, lalu ia dekati baik-baik, dan aku memilih menjadi lebah, ketika aku beranjak dewasa nanti lalu merasa cukup siap dan tak tahan untuk menikah, yang jadi tujuan utamaku adalah mencari sekuntum bunga penarik hati untuk dijadikan pendamping hidup yang tepat, bukan dicarikan. Maka ini adalah salah satu kisah pencarian itu..
Aku sudah bekerja waktu itu, belum genap setahun, dan menurutku adalah hal yang berbahaya bagi seorang bujang tulen berpenghasilan, tinggal sendirian di kota metropolitan ditemani segala gemerlap godaan dunia di dalamnya, maka demi menjaga diri dan kemuliaan aku bercita-cita untuk sesegera mungkin menikah, tapi memang demikianlah karakteristik hidup; rencana-rencana yang sudah dirancang sejak dulu tidaklah semuanya bisa dijalankan, ketika ternyata seseorang yang sudah kau kunci sebagai target untuk jadi pendamping ternyata telah menentukan pilihan dan itu bukan kamu, maka yang bisa kita lakukan adalah tetap berdiri, terus berjalan sampai menemukan, kata orang memang begitulah cara hidup mendewasakan, kadang melalui benturan-benturan.
Aku memutar otak, dalam kondisi sudah bekerja seperti ini, sebagian besar waktu tentu akan habis dalam lingkungan kerja yang pasti berkutat disitu-situ saja: pilihannya antara tempat kost atau kantor, tidak akan ada cukup waktu seperti kuliah dulu: berkenalan dengan banyak orang berbeda-beda jurusan, berorganisasi, atau ikut dalam satu panitia kegiatan dan secara sengaja atau tidak, juga bisa menemukan yang menarik itu; satu atau dua mawar yang nantinya kira-kira akan cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Nah dalam dunia kerja, tentu kesempatan yang seperti itu akan semakin tipis, dan kadang interaksi yang ada, akan habis sebagian besar hanya untuk keperluan serius tentang pekerjaan, jarang sekali personal. Maka kulancarkan strategi jenius..
***
Gigi gerahamku tumbuh satu lagi di ujung belakang, tapi tak normal: keluar jalur dari gigi-gigi yang lain, entah karena sedang sensitif atau terlalu depresi kehilangan target jodoh, kondisi yang seperti itu membuatku menjadi lincah, tak ada hubungannya dengan sakit gigi, tapi aku tiba-tiba jadi ingat betul tentang bagaimana temanku menemukan pendamping hidupnya yang seorang dokter gigi, atau juga pengalaman temanku yang lain yang kenal dekat dengan seorang mahasiswi kedokteran gigi setelah iseng memeriksakan giginya di rumah sakit itu, bukan rumah sakit biasa tapi rumah sakit khusus praktek para mahasiswi kedokteran gigi di kampus kami, lalu di kepalaku, tempat itu mendadak menjelma surga, tempat untuk menemukan jodoh bagi bujang-bujang lapuk sepertiku. Belum lagi, berdasarkan analisa kami waktu kuliah, ada dua jurusan di kampus yang di dalamnya bertebaran mahasiswi-mahasiswi idaman para mahasiswa, ialah Jurusan Farmasi dan Kedokteran Gigi, kemudian kami yang cerdas ini memberi kepanjangan FKG yang Fakultas Kedokteran Gigi itu menjadi Fakultas Kecengan Geologi, nah.. dokter gigi! aku berbinar-binar.
Akhir minggu kutempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung, kujalankan skenario tingkat dewa, memeriksa gigi sambil mencari jodoh..itu misiku hari itu, nah..menikah itu tujuan mulia maka tak perlu malu-malu, juga mencari seseorang yang menarik hati untuk diperistri adalah manusiawi jadi tak perlu ragu..aku meyakinkan dalam hati sambil melangkah masuk ke gedung itu, lalu merasa mencium aroma.. sepertinya jodohku semakin dekat, dadaku tiba-tiba berdebar-debar, sampai detik itu aku merasakan semacam sensasi, yaitu mendadak kagum pada diri sendiri. Aku geleng-geleng kepala, tak pernah aku seberani ini sebelumnya..mendekati wanita tak dikenal, memeriksakan gigi dan lalu mengajaknya berkenalan..untuk kemudian memperistri.. ah, skenario itu terdengar jenius bukan? meskipun sebetulnya dari sejak dulu, mendekati wanita untuk sesuatu yang serius adalah hal yang tidak mudah, bagiku tiap wanita cantik adalah medusa, biasanya kemampuan bicaraku yang dari awal sudah pas-pasan bisa mendadak sirna ketika berhadapan dengan wanita, lalu kaku. Tapi aku sudah terlanjur melangkah ke medan perang, pantang untuk mundur tuan!
Ternyata rumah sakit gigi itu, meskipun diisi hanya oleh mahasiswa/i praktek, pasien yang berkunjung cukup banyak juga, dan setelah aku mengantri cukup lama sambil mengamati sekitar, aku mendapati sebuah kesimpulan bahwa ternyata, sebagian besar pasien yang datang adalah kerabat mahasiswa/i praktek yang sudah memiliki janji, memang logis, tentu saja pasien berakal sehat akan lebih memilih rumah sakit serius yang ditangani oleh dokter betulan..bukan mahasiswa/i yang belum mempunyai sertifikasi resmi, mungkin disitu cuma aku satu-satunya pasien setengah gila yang berkebutuhan khusus.
Tiba giliranku dipanggil, aku diantar seorang petugas yang langsung mengajakku ke lantai dua lewat tangga, dalam perjalanan itu kedua tanganku mulai dingin, beban di kaki terasa makin berat tiap kali kaki berhasil menaiki satu anak tangga, adrenalinku membuncah membuat otak yang mendadak tegang menginstruksikan jantung untuk memompa darah dengan tak keruan cepatnya, ritme nafasku jadi stakato: patah-patah, pendek dan tersengal sengal, hal yang demikian itu mau tak mau membuat hidungku jadi kembang-kempis, sementara keningku juga turut mengkerut-kerut sibuk membayangkan seperti apa rupa mahasiswi yang akan mengurusi gigiku nanti, jika digambarkan kondisiku waktu itu lebih menyerupai pasien bengek akut yang tidak bisa buang air besar selama seminggu ketimbang pasien sakit gigi ringan. Perjalanan yang berat, aku sampai di ruangan itu…
***
Di dunia ini, ada tiga tipe medusa: yang pertama adalah wanita manis berjilbab panjang, bermata teduh, bertingkah santun, yang kedua: wanita manis yang cuek yang tomboi, yang ketiga: wanita manis feminim, menggunakan rok dibawah lutut, berambut sebahu. Jika aku bertemu salah satu diantara ketiga wanita medusa tersebut maka bisa dipastikan tubuhku mendadak kaku, dan yang ada di depanku kali ini adalah medusa tipe ke tiga, dari jauh aku mulai terkena sihirnya..sedikit kaku..